Kisah Lala Sri Menanti, Ai Mangkung - Sumbawa NTB - Cerita Rakyat Nusantara

Kisah Lala Sri Menanti, Ai Mangkung - Sumbawa NTB - Cerita Rakyat Nusantara - Haloo... Tidak lengkap rasanya kalau tidak mempunyai cerita legenda tempat kelahiran orangtuaku, makanya saya kaliini coba bagi cerita turun-temurun di daerahku Lombok dan NTB. Salah satu yang akan saya bagi ke teman-teman semua adalah Legenda AI MANGKUNG.

Ai Mangkung adalah  nama air sungai yang terdapat di daerah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Menurut cerita turun-temurun masyarakat setempat, jika air Ai Mangkung tersebut diminum oleh penduduk Desa Tarusa, selain terasa sepat, juga dapat menimbulkan penyakit.
Dahulu kala, di sebuah bukit dekat Olat Pamanto Asu`, Sumbawa, terdapat sebuah desa yang tenteram bernama Jompang. Desa tersebut dipimpin oleh seorang datu atau kepala desa yang bernama Datu Palowe`. Ia mempunyai dua orang anak, yaitu seorang anak laki-laki bernama Lalu Wanru, dan seorang anak perempuan bernama Lala Sri Menanti. Keduanya telah beranjak dewasa. Lala Sri Menanti seorang gadis yang cantik nan rupawan. Karena kecantikannya, ia menjadi anak kesayangan Datu Palowe`. Segala keinginannya selalu dipenuhi oleh sang Ayah. Mulai dari pakaian yang bagus-bagus hingga berbagai perhiasan yang indah-indah. Tak heran, jika anting-anting, kalung, gelang tangan, hingga gelang kaki senantiasa menghiasi seluruh tubuhnya. Pada suatu hari, Lala Sri Menanti ingin sekali makan udang. Keinginan itu pun ia sampaikan kepada ayahnya. Tanpa berpikir panjang, sang Ayah pun bersedia memenuhi keinginan anak kesayangannya itu.

“Baiklah, Anakku! Keinginanmu akan segera terpenuhi,” kata ayahnya seraya memerintahkan
Amaq (Bapak) Bangkel dan Inaq (Ibu) Bangkel pergi ke sungai untuk menempas (mencari ikan). Mendengar perintah itu, kedua suruhan Datu Palowe` tersebut segera bersiap-siap untuk berangkat ke sungai. Ketika mereka sedang sibuk menyiapkan peralatan yang akan mereka bawa, Lala Sri Menanti mengajukan satu permintaan lagi kepada ayahnya. “Ayah! Bolehkah Lala ikut bersama mereka ke sungai?  Lala ingin melihat mereka menangkap udang ” pinta Lala Sri Menanti.

Sang Ayah pun memenuhi permintaannya. Akhirnya, Lala Sri Menanti bersama Amaq Bangkel dan Inaq Bangkel, serta beberapa orang lainnya berangkat ke sungai Olat Pamanto Asu`. Setibanya di tepi sungai, Lala duduk di atas sebuah batu besar sambil menyaksikan orang-orang menempas dan menunggu udang hasil tangkapan mereka. Pada saat itu, datang pula empat orang pemuda dari desa tetangga, Desa Tarusa, hendak menebang bambu yang banyak tumbuh di tepi Sungai Olat Pamanto Asu`. Rupanya, kedatangan
mereka tidak diketahui oleh Lala Sri Menanti dan rombongannya. Salah seorang pemuda yang melihat Lala duduk seorang diri di tepi sungai tersentak kaget.

“Hai, lihat! Siapa gadis yang duduk di atas batu itu?” seru salah seorang pemuda.
“Bukankah gadis itu putri Datu Palowe` dari Desa Jompang?”sahut seorang pemuda yang lain.
“Kamu benar, kawan!” sambung pemuda yang lainnya seraya memuji, 
”Aduhai, cantiknya gadis itu!” Keempat pemuda tersebut terpesona melihat kecantikan Lala Sri Menanti. Tapi, rupanya mereka lebih tertarik pada perhiasan yang dikenakan gadis cantik itu. Meskipun mengetahui bahwa Lala Sri Menanti putri Datu Palewo`, mereka tetap berniat merampas perhiasannya.
“Apa yang harus kita lakukan agar tak seorang pun yang mengetahui perbuatan kita?” tanya salah seorang dari pemuda tersebut dengan bingung. Setelah berunding, keempat pemuda tersebut menemukan sebuah cara, yaitu akan menyergap Lala Sri Menanti dari belakang secara diam-diam. Begitu para pencari udang tersebut semakin jauh meninggalkan Lala di tepi sungai, mereka pun mengendap-endap dari balik semak belukar, lalu menyergap tubuh Lala. Gadis cantik itu pun tersentak kaget. Ketika ia hendak berteriak meminta tolong, salah seorang di antara mereka menyumbat mulutnya dengan sehelai kain. Sementara tiga pemuda lainnya segera melucuti satu per satu perhiasan yang melekat pada tubuhnnya. 
Gadis malang itu meronta-meronta berusaha untuk melepaskan diri. Namun apa daya, ia tidak mampu mengimbangi kekuatan mereka. Ia hanya bisa pasrah seluruh perhiasannya dirampas oleh keempat pemuda tersebut. Usai merampas seluruh perhiasan Lala Sri Menanti, salah seorang di antara mereka yang bernama Ua Nyawa mencabut parang yang terselip dipinggangnya, lalu memotong lengan kanan Lala. Hanya sekali tebasan, lengan Lala pun terputus. Dalam waktu singkat, gadis cantik yang malang itu langsung kehabisan darah dan akhirnya meninggal dunia di tepi sungai itu. Melihat putri Datu Palowe` tidak bernyawa lagi, keempat pemuda tersebut segera meninggalkan tempat itu dan membawa seluruh perhiasan hasil rampasan mereka ke Desa Tarusa. Namun, sebelum meninggalkan tempat itu, Ua Nyawa membuang potongan lengan Lala Sri Menanti ke sungai.

Sementara itu, Amaq Bangkel dan Inaq Bangkel dan teman-temannya tidak mengetahui kejadian mengerikan yang menimpa Lala Sri Menanti, karena asyik mencari udang. Begitu selesai menangkap udang, mereka kembali ke tepi sungai untuk menemui Lala Sri Menanti. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati anak kesayangan pemimpin mereka dalam keadaan tewas mengenaskan. Mereka sangat menyesal karena tidak mampu menjaga keselamatan Lala Sri Menanti. Mereka kemudian membawa pulang jasad Lala Sri Menanti ke desa. Datu Palowe` pun tak sanggup menahan air mata atas musibah yang menimpa anaknya.
Beberapa hari kemudian, terdengarlah kabar bahwa orang yang telah menghabisi nyawa Lala Sri Menanti adalah empat orang pemuda dari Desa Tasura. Mengetahui hal tersebut, Datu Malewo` melarang keempat pemuda tersebut meminum air Sungai Olat Pamanto Asu`. Jika mereka meminumnya, selain terasa sepat air itu juga dapat menimbulkan penyakit. Sejak itu, para penduduk Desa Tarusa pun tidak berani meminum air sungai itu, karena takut terkena penyakit.

Nah.. itulah cerita Ai Mangkung dari daerah Sumbawa, Nusantara Tenggara Barat. Menurut cerita turun-temurun masyarakat setempat, tangan Lala Sri Menanti yang dibuang ke sungai menjelma menjadi seekor ikan tuna buntung dan mulutnya berwana merah delima seperti bibir seorang gadis. Mereka juga mempercayai bahwa bukit yang berada di dekat Sungai Olat Pamanto Asu` merupakan bekas tempat tinggal Datu Palewo`. Di bagian atas bukit tersebut terdapat beberapa batu yang berbentuk dipan berukir, peti, dan kursi yang dipercaya sebagai peninggalan Datu Palowe`. Dari sini dapat sebuah pelajaran bahwa jika kita hendak bepergian hendaknya tidak mengenakan pakaian atau pun perhiasan yang mencolok, sehingga tidak mengundang perhatian orang lain untuk berbuat jahat kepada kita.

Cerita Dalam Bahasa Sumbawa :
Ada sopo cerita, pang olat pparak ke Olat Pemanto Asu, sumbawa, ada sopo desa de tentram besingin Jompang. desa nan ya pimpin leng sopo Datu atau kepala desa de besingin Datu Palowe, ada anak na dua yanansi sopo selaki besingin Lalu Wanru, ke sopo anak swai na bsingin Lala sri menanti, sedua na kam mo taruna dedara. Lala sri menanti anak dedara de paling gra ke balong ate. karna gra nya de dadi anak kesayangan Datu Palowe. srea de ya sate pasti ya senapat leng bapak na ka kaleng pakean de balong-balong sampe macam-macam perhiasan de gra-gra. nom heran lamen anting, tekan ima, tekan ne ke kalung roa menghiasi srea prana na.

       pang sopo ano, Lala sri menanti sate kakan udang, rasate nan ya senapat ko bapak na, engka le pikir si bapak ta siap ya senapat rasate si anak de ya sayang.
     "ao anak e,,! rasate mu nan ya akakn ku senapat" beleng si bapak, sambil ya suruh amaq bengkel ke inaq bengkel alo ko berang umen merorang.
        Ya menong pesuruh nan, sedua anak buah Datu palowe lema ya siap-siap umen ya berangkat ko berang. uwa2 sibuk ya siapkan peralatan de ya bawa, Lala sri menanti beleng ke bapak na.
       "bapak ! bau ke Lala lalo brema ke tau nn ko brang ke..?? Lala sate gita tau nan bau udang" penkeling Lala sri menanti.
        si Bapak pun ya penuhi pengkeling anak na, akhir na Lala sri menanti berema ke Amaq Bengkel  ke Inaq Bengkel ke beberapa tau len brangkat ko berang Olat Pemanto Asu, kam dapat pang ndeng brang Lala tokal pang bao batu rango sambil ya gita tau-tau nan merorang ke ya tari udang maong merorang nan.
      pada saat nan datang mo empat tau taruna kaleng desa tetangga, Desa Tarusa ya sate rempong air de peno tumung pang ndeng Olat Pemanto Asu. engka ya to, kenatang tau nan lleng Lala sri menanti ke rombongan na, salah seorang tau taruna nan gita Lala tokal mesa-mesa na pang ndeng berang. kemelas mo.
      "heh,!! gita dean e, sai tau swai de tokal pang bao batu nan ?" beleng salah sopo tau taruna nan.
      "yong si tau swai nan anak dedara Datu Palowe, kleng desa Jompang ?" beleng salah sopo pemuda de len na.
       "ya si, geng ! samung tau taruna de len na, sambil ya puji, "waina aku, gra tau swai nan peh..!"
       keempat tau taruna nan ksantil ya gita gra Lala sri menanti, tapi de lebih bahaya na tau taruna nan lebih tertarik lako perhiasan de ya kenang leng Dedara gra nan, walaupun ya to Lala sri menanti anak dedara Datu Palowe, tau nan tetap ya sate ete perhiasan nan.
       "Apa de harus tu pina ma nda tau to apa de tu boat ta ?" peketoan salah sopo tau taruna nan de gingang.
       Kamo berunding, keempat tau taruna nan, ya tangka cara, yanansi ya bau Lala sri menanti kaleng bungkak tedu-tedu. lamen kamo semakin do tau bau bau udang nan ya bilen Lala pang endeng berang. tau nan ke tedu-tedu kleng dalam rupat setelah nan ya bau Lala, dedara gra nan kemelas. sate keserak eneng tulung tapi salah sopo antara tau taruna nan ya setama kre pang dalam boa Lala, sementara telu tau taruna len nha lema ya ete perhiasan ade ada pang perana Lala. ke nanta tde dedara nan gerang sate berari, tapi apa bole boat, nya engka mampu ya imbangi kekuatan tau taruna nan. Lala cuma pasrah srea perhiasan na ya ete leng tau nan.
       Jira ya ete srea perhiasan Lala, salah sopo tau nan de bsingin Ua Nyawa ya ete berang pang ndeng pinggang jira nan ya lolok lengan kanan Lala, hanya ke sopo pelemat, lengan si Lala rotas, pang waktu nan tde dedara nan langsung boe geti ke ampo mate pang ndeng berang nan.
       Ya gita anak dedara datu palowe kamo mate, keempat tau taruna nan lema ya bilen pang nan ya bawa srea perhiasan maong nyoro ko desa tarusa, tapi snopoka bilen pang nan, ya bolang potongan lengan Lala ko dalam berang leng Ua Nyawa.

         Sementara nan Amaq bengkel ke Inaq bengkel srea ke denggan-dengan nha engka to tentang hal de merang de menimpa Lala sri menanti, karna asiek bia udang, kam jira bau udang, tau nan remalek ko ndeng berang ya gita si Lala. kemelas srea tau nan ketika ya gita anak dedara kesayangan pimpinan na mate ke cara de merang. tau nan menyesal karena engka bau jaga Lala, tau nan pun ya bawa mole mayet Lala ko desa.Datu palowe engka bau tahan ai mata na atas musibah ade menimpa anak dedara na nan.

        Bebarapa ano kemudian, ya menonhg mo rungan bahwa tau de ka semate Lala nan yanansi empat tau taruna kleng desa tarusa, ya to hal nan Datu Palowe ya larang keempat tau taruna nan ya inum ai berang OLat Pemanto Asu, lamen ya inum, se'len berasa pakat, ai nan ampo dapat menyebabkan penyaket. pada saat nan moh, tau desa tarusa no tengan ya inum ai berang nan karena no tengan kena penyaket. 

Baca cerita rakyat nusantara yang lainya, yang pastinya menarik untuk dibaca.